teruslah belajar
tiada kata terlambat untuk belajar, TERUSLAH BELAJAR
Kamis, 30 Oktober 2014
BELAJAR....
adalah salah satu sifat dasar manusia. sejak kita bayi kta telah familiar dengan BELAJAR.
mau makan, kita BELAJAR
mau berjalan kita BELAJAR
berbicarapun mesti BELAJAR.
jika demikian mengapa anak-anak begitu stress atau malas jika disuruh BELAJAR.
Nak....waktunya BELAJAR, mereka dengan sigap dan cepat menjawab nantilah atau mau makan dulu lah, atau capek lah, atau alasan apapun yang lainnya agar mereka tidak BELAJAR. sementara ketika kecil orang tua yang kewalahan ketika mereka mau BELAJAR sesuatu karena menarik perhatiannya.
Sementara diluar sana, banyakorang tua, yang usianya sudah tua masih mau BELAJAR dan mengejar ke jenjang yang lebih tinggi, meskipun usia mereka ssudah senja dan secara jabatan mereka tidak lagi membutuhkannya. apakah mereka baru sadar untuk terus BELAJAR nanti di usia senja atau apakah alasan lainya?
Apakah sebenarnya yang terjadi dengan BELAJAR? ataukah makna apa yang telah kita berikan pada kata BELAJAR ini, sehingga begitu "menakutkan" atau "membosankan"?
apakah BELAJAR melulu di depan meja dengan sikap belajar yang benar, atau BELAJAR adalahmembaca buku, atau sekedar menulis dan menyalin?
Ataukah belajar adalah mengenali, mengerti dan melakukan sesuatu yang telah dipelajari?
Apakah BELAJAR yang salah atau mansuia yang mestinya BELAJAR yang salah?
BELAJAR adalah bekal untuk kemuliaan kehidupan yang dianugerahkan Allah. dengan BELAJAR, manusia akan muncul sebagai manusia yang beradab dan cerdas, bijaksana dan sanggup hidup dengan lebih baik. kemuliaan Allah napmpak dari kualitas manusia yang diciptakanNya.
BELAJAR tidaklah cukup dengan menjadikan seseorang bergelar, tetapi BELAJAR menjadikan manusia memiliki makna kehidupan yang lebih mulia apalagi jika juga BELAJAR untuk mengajar.
Karena itu teruslah belajar, tiada kata berhenti untuk belajar. apa saja disekitar kita dapat menjadi sumber BELAJAR. Kegagalan dan kesuksesan sekalipun adalah hal penting untuk dipelajari. Karunia ini adalah dari Alllah. pergunakanlah. karena Dia akan meminta pertanggugn jawaban kepada kita nantinya.
SELAMAT BELAJAR....!
Agama dalam Dialog
Mata Kuliah : Teologi Religionum
Dosen Pengampu
: Pdt. Daud Sangka’ P.
ANALISIS TERHADAP
PEMIKIRAN TH SUMARTANA
Dalam Buku : Agama Dalam
Dialog Pencerahan, Pendamaian dan Masa Depan (Prof. Dr. Olaf Herbert Schumann)
Oleh :
Uci Sumarlin
BEBERAPA TEMA DIALOG
ANTAR-AGAMA KONTEMPORER
A.
Pendahuluan
Dalam
rumah kita, kita memiliki hobby dan kesukaan yang tidak melulu sama. Di sekitar
tempat tinggal kita tentu terdiri dari berbagai macam manusia dengan karakter
dan kondisi sosialnya masing-masing, bahkan di tempat kerja juga demikian.
Begitu banyaknya perbedaan tentu menjadikan kita semakin ‘kaya’ dalam segala
hal, tetapi sekaligus dapat ‘membingungkan’ dalam hal yang lain. Di era post
modern ini tentu perbedaan itu biasa, pergeseran masyarakat dari tradisional ke
modern dan kemudian postmodern menunjukkan kemajuan peradaban terus terjadi
pada manusia. Demikian juga halnya
dengan teologi dan berdialog , khususnya dalam dialog antar agama
kontemporer.
Dialog
agama-agama menjadi hal yang dapat ditemui dalam keseharian. Sebagai contoh di
sekolah, tidak hanya terdapat guru yang sama, khususnya dalam hal agama. Kondisi
ini tidak menjadikan kita kemudian terkurung dan tidak mau bergaul. Kondisi
profesionalitas, misalnya, mengharuskan kita berdialog dengan orang-orang di
sekitar kita. Kondisi ini kemudian lebih dikenal dengan istilah konteks. Sehingga
dapat dikatakan bahwa teologi agama-agama atau dialog antar agama lahir dari
konteks yang disajikan oleh zaman. Zaman dimana komunikasi dan dialog mau tidak
ma terus berlangsung baik itu secara teologis maupun secara non teologis.
Apakah
yang dimaksud teologi relegionum? Teologi agama-agama artinya[1] :
·
Teologi dari
agama yang berkembang khususnya agama modern (agama langit : teologi
keselamatan, kematian, hari kiamat, dll),
·
Teologi yang
dibanguhn menjadi teologi semua agama (Teologi Universal)
·
Teologi yang
dibangun masing-masing agama karena konteks plural dalam masyarakat dan bangsa
seperti Indonesia.
Teologi
Agama-agama (dalam bahasa Inggris Theology of
Religions, dalam bahasa
Latin Theologia Religionum) adalah cabang dari ilmu teologi yang membahas
bagaimana kekeristenan memberi respons teologis terhadap kenyataan adanya pluralitas agama di luar dirinya.[2]
Fokus studi teologi agama-agama adalah bagaimana umat Kristen memandang dan
menilai agama-agama lain, serta bagaimana hubungan yang positif antar-agama
dimungkinkan melalui teologi yang dikonstruksi.[3]
Salah satu pionir di dalam teologi agama-agama adalah teolog Inggris yang bernama
Alan Race.[4]
Teologi agama-agama ini penting untuk dipahami dan
dipelajari bahkan diberlakukan dalam kehidupan, sebab tidak dapat dipungkiri
bahwa kita hidup di zaman plural atau dalam masyarakat yang plural. Jadi
tantangan agama-agama adalah pluralism yang tidak dapat dihindari pada bagian
dunia manapun.[5]
Karena itu, penting untuk memikirkan model dialog yang bagaimana yang akan
diberlakukan dalam kehidupan bersesama dan bermasyarakat di Indonesia
khususnya. Salah satu yang memberikan sumbangsih pemikiran adalah Th. Sumartana yang kemudian
menyumbangkan salah satu pemikiran pada buku yang bersifat bunga rampai. Buku yang
merupakan punjung tulis 60 Tahun kenangan Prof. Dr. Olaf Herbert Schumann hasil
suntingan Balitbang PGI, dengan judul : “Agama dalam Dialog, Pencerahan,
Pendamaian, dan Masa Depan”.[6]
B.
Deskripsi Pemikiran Th. Sumartana
Siapakah Th Sumartana ini? Th. Sumartana, lahir di
Banjarnegara, Jawa Tengah, 15 Oktober 1944. Direktur Yayasan Dialog Antar Iman
(Dian) ini, lulus Sarjana Teologi dari Sekolah Tinggi Theologi Jakarta, tahun
1972, dan studi dialog antaragama di Geneva (1972-1973). Memperoleh gelar Ph.D.
pada jurusan Misiologi dan Perbandingan Agama, Freij Universiteit, dengan judul
disertasi Mission at the Cross Road. Pernah bekerja sebagai Redaktur Teologi
pada BPK Gunung Mulia (1972-1975), sebagai staf Lembaga Penelitian dan Studi
Dewan Gereja-gereja di Indonesia, Jakarta (1975-1982). Tahun 1991-1995, sebagai
pengajar tetap pada Program Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga.
Cendekiawan Kristiani ini seringkali menyoroti perihal
kesibukan berteologi yang kurang peka terhadap tanda-tanda zaman. Dalam sebuah
tulisan bertajuk "Theologia Religionum: Sebuah Pengantar" ia
mengemukakan kesibukan berteologi kita sekarang ini terasa kurang terarah.
Mungkin, karena kita kurang merumuskan persoalan dengan jelas, atau bisa juga
karena soal yang kita pergumulkan kurang mempunyai pijakan pada kenyataan
kehidupan. Kesibukan kita kurang peka terhadap tanda-tanda zaman. Sehingga,
teologi kita tidak punya komitmen yang sungguh-sungguh terhadap masa depan.
Dalam
buku ini, Th Sumartana mengemukakan beberapa hal sebagai berikut :
Ø Dialog agama-agama kontemporer lahir dari konteks pluralisme,
berbeda dengan corak agama-agama dimasalalu. Karenanya membutuhkan basis
pemahaman teologis, institusional, aktivitas serta kiprah agama dalam
masyarakat.
Ø Tulisannya berangkat dari pengalaman pada lembaga
INTERFIDEI, lembaga yang bergerak dalam bidang dialog antar iman atau agama.
Yang kemudian melahirkan pemikiran Th Sumartana bahwa dialog antar agama adalah
sebuah garis dengan titik-titik tematik yang saling menyambung atau berkaitan
satu dengan yang lain, yang tertenun dalam pergaulan formal ataupun non formal
Ø Dialog yang terjadi antar agama adalah bersifat umum
/ non teologis dan teologis. Tetapi secara implisit ada dalam setiap perumusan
sikap serta massalah yang digeluti bersama.
Ø Rumusan tematik dialog antar agama-agama ini,
terdapat lima pokok yang perlu dicermati bersama-sama, yaitu :
1.
Jembatan mistik, hal mistisisme
adalah hal biasa bagi masyarakat Indonesia. Pengalaman mistis adalah cara untuk
mentrandensikan pengalaman keagamaan yang sudah menjadi terlalu doktriner-rasionalistis. Hal mistis yang
kemudian dijadikan “jembatan” adalah
kesenangan berada di hadirat Tuhan. Sehingga orang akan bersatu untuk
bergaul dengan Tuhan. Perbedaan antar agama akan menjadi cair, karena
pengalaman dalam kesatuan dengan Tuhan yang mengatasi segala agama. Tuhan
menjadi pusat dalam pengalaman mistik, yang menjadi pengalaman tentang
transendensi yang bisa melintasi perbedaan antar agama, tanpa terjerumus dalam
upaya penggabungan (amalgamasi) di satu pihak dan konfirmasi di pihak lain.
2.
Pendekatan
Historis-Sosiologis, pendekatan ini
adalah upaya untuk memanfaatkan ilmu-ilmu sosial lain, khususnya sejarah dan
sosiologi. Secara historis, Sumartana menjelaskan bahwa setiap agama dapat
menemukan proses kejadian serta asal-muasal dari munculnya sebuah fenomena
keagamaan tertentu, misalnya Doktrin Trinitas, sebagai teks. Hal lain yang
penting adalah konteks yang saling berpengaruh dengan teks, sehingga tidak
dapat dipisahkan. Fenomena agama, yang bukan melulu soal wahyu saja, tetapi
juga fenomena kemanusiaan yang penting untuk dikaji ulang dan ditafsir ulang
dengan tuntutan konteks yang baru. Jadi, dialog antar agama ditempatkan pada
konteks yang dinamis, yang terus mengalami pembaharuan, reinterpretasi,
rekontekstualisasi, dan melakukan kajian ulang terhadap seluruh aspek kehidupan
keagamaan mereka.
3.
Etika Sosial
Keagamaan (Komitmen Praktis), dialog
antar agama diusulkan pada pergaulan yang bercorak praktis. Salah satu konteks
Asia adalah kemiskinan atau keterbelakangan masyarakat dan kemiskinan rakyat,
yang membutuhkan respon aktif dari para pemeluk agama, dengan kata lain semua
ini berada dalam tataran etika social agama, sahingga agama-agama mesti
memberikan respon etis. Kegiatan sosial bersama berbasis solidaritas social
merupakan kegiatan konkret yang dapat dilakukan. Atau yang lainnya adalah
kegiatan dibidang social ekonomi atau social politik. Hal ini kemudian dapat
menjadi kekuatan dalam dialog antar umat beragama.
4.
Dialog Antar
Manusia Selaku Pribadi, pada tematik
ini, Sumartana hendak menyampaikan bahwa menghargai manusia selaku pribadi,
sebagaimana Tuhan selalu berhubungan dengan setiap pribadi manusia, adalah sama
dengan kita menghargai agama yang dianutnya atau sebaliknya. Pribadi ini
tentunya mengenal dengan baik integritasnnya dan dapat mengahargai integritas
penganut agama lain. Orang tidak dapat menghargai integritas iman tertentu
tanpa menghargai pribadi orang lain. Permulaan dialog antar agama adalah dialog
antar manusia.
5.
Pengalaman
Dialog dalam Doa dan Ibadah Bersama,
Sumartana menngemukakan usulan ini berdasarkan pengalaman di INTERFIDEI, yang
kerap melakukan ibadah bersama atau doa bersama dengan tema tertentu misalnya
Natal, makna berpuasa, makna kematian dll. Dengan kesempatan ini dibicarakan
secara tebuka pandangan dari berbagai agama, dan dinikmati secara bersama.
Sebagai
penutup Sumartana mengemukakan bahwa sebenarnya INTERFIDEI adalah sebagai
“fasilitator” bagi semua pihak yang tertarik kepada gagasan tentang dialog. Lanjut
menurut beliau bahwa dialog yang dimaksudkan bukan “competiton of truth” mencari yang benar. Sumartana menutup dengan
mengutip tulisan Mencius (372-289 sM) bahwa :”sesuatu yang lain yang kita
temukan pada orang lain, adalah sesuatu dari diri kita sendiri (yang hilang
yang ditemukan kembali). Pemikiran atau usulan tematik yang diusulkan
Sumartana, tentu bukanlah satu-satunya, namun kiranya itu cukup untuk memberi
tema dialog kontemporer di negeri ini.
C.
Analisis terhadap Pandangan Th. Sumartana
Pemikiran Sumartana yang dipaparkan dalam buku ini,
sedikit banyak merupakan pengalaman hidup memberi diri dalam lembaga
INTERFIDEI, yang terbentuk dengan latar belakang konflik yang terjadi karena
perang dingin, kesadaran baru untuk menghormati agama lain secara internasional
maupun nasional, persoalan kemanusiaan, konflik social politik, keterpanggilan
mengembangkan sikap positif dan bekerjasama membangun masyarakat dan pandangan
filosofis yang memandang penganut-penganut agama sebagai unsur-unsur penting
dalam mengembangkan masyarakat. Bahkan memang benar-benar pengalaman di
dalamnya. Melihat latar belakang terbentuknya lembaga INTERFIDEI ini maka nampak
bahwa maksudnya tulus dan mulia. Dengan demikian, hasil pemikirannya adalah
cerminan pengalaman dialog antar agama yang telah dan sedang terjadi, di
Indonesia khususnya.
Melihat pemaparan Sumartana, maka secara pribadi
saya melihat kekuatan pemaparannya ada pada pengalaman yang melahirkan konsep
usulan yang akan dan sedang dilaksanakan dalam dialog antar agama. Apa yang
diusulkan Sumartana seperti jembatan mistis, etika social keagamaan, atau pun
masalah historis sosiologi adalah model dialog antar agama yang cukup menyentuh
konteks hidup bersesama di Indonesia, sehingga dapat dilaksanakan demi mencapai
hidup bersesama yang indah di Indonesia, dan masyarakat menjadi tumbuh dan
berkembang. Hal lain yang menarik adalah, tematik dialog antar umat beragama
yang diusulkan sangat kontekstual, dan memulai dari diri sendiri dengan
integitas penganut agamanya sampai kehidupan interaksi social dan etika sosial
dalam pengembangan masyarakat, atau dapat dikatakan bersifat holistik.
Disamping itu, tanggapan bahwa setiap orang yang ada disekitar kita adalah
bagian dari diri kita sendiri, adalah prinsip yang dapat dipegang teguh dalam
berdialog dengan sesama manusia dan antar agama. Sehingga tujuan dialog adalah
bukan menentukan yang benar secara mutlak, tetapi untuk menjawab kebutuhan
konteks yang ada, dijawab Sumartana dalam pemaparannya dan baik untuk dilakukan
dan diaplikasikan dalam keseharian kita.
Namun demikian, menurut hemat saya, yang sederhana
ini, terdapat beberapa kelemahan yang dalam tulisan Sumartana: Pertama, tulisan Sumartana cukup sulit
untuk dimengerti, sedikit berputar-putar dan penuh dengan istilah-istilah baru.
Kedua, melihat pengakuan Sumartana
bahwa INTERFIDEI adalah fasilitator menjadikan tematik usulan dialognya menjadi
bersifat teoritis dan tidak praktis. Dalam konteks kita saat ini, yang kita
butuhkan tidak sekedar kognitif dari bagaimana berdialog dengan model-modelnya,
tetapi bagaimana melakukannya bahkan memulainya dalam kehidupan sehari-hari,
karena manusia hidup dalam praktek hidup keseharian tidak hanya pada tataran
diskusi saja.
Sementara itu, usulan Sumartana ini tidak dapat
secara merata dilaksanakan dalam berbagai konteks di Indonesia. Sebagai contoh beberapa
daerah di Indonesia yang memiliki historis yang tidak baik dan menjadi musuh,
yang memiliki latar belakang yang kelam. Sehingga menimbulkan pertanyaan,
apakah kesalahan masa lalu akan menghubungkan jembatan ini dengan baik?. Hal
lain, pada usulan etika sosial keagamaan (komitmen praksis), mengusulkan
komitmen praksis yang dibangun bersama, namun Sumartana tidak menyertakan
bagaimana membangun komitmen itu, apa tantangannya, atau masih bersifat umum
dan tidak konkret.
Secara pribadi usulan-usulan tematik yang dipaparkan
Sumartana adalah upaya yang baik yang saya dukung dan turut serta ingin megejawantahkan
dalam kehidupan bersesama dan bermasyarakat. Kelemahan-kelemahan tidak
menjadikan usulan ini tidak dapat dilakukan bersama. Setiap yang terbeban pada
dialog antar umat beragama mesti mendalami usulan Sumartana ini, dan dapat
dipadupadankan dengan usulan lain tentunya, sebab model pendekatan dalam hidup
bersesama tentu tidak kaku, tetapi terus berkembang dan maju dengan dinamis
seiring dengan perkembangan konteks masyarakat bersesama.
D.
Penutup
Sebagai
kesimpulan adalah bahwa setiap apa yang Tuhan izinkan ada disekitar kita mesti
kita percayai sebagai bagian dari hidup kita yang mesti diterima dan dijaga,
bukan ditolak dan diabaikan. Dialog antar agama kontemporer tidak hendak
memunculkan satu yang mutlak paling benar, tetapi bagaimana kedamaian di dunia
tercipta, bagaimana masyarakat akan berkembang dengan baik dan dinamis. Usulan
apapun yang ditawarkan, jika dilakukan dengan tulus ikhlas dengan maksud yang
baik dan benar akan menjadi berkat secara pribadi atau secara umum.
Dialog
antar agama membutuhkan penganut agama lain, dan dilakukan demi kepentingan
bersama. Karenanya kita mesti saling menghargai dan menerima satu dengan yang
lain.
Harapan
saya setelah mempelajari teologi relegionum ini menjadikan setiap orang paham
pentingnya dialog ini demi perkembangan masyarakat dan memberi jawaban atas
tantangan-tantangan agama-agama. Secara khusus bagi Pendidikan Agama Kristen
sebagai mata pelajaran atau mata kuliah, mesti mengajarkan dengan baik,
disamping mengajarkan integritas yang jelas, juga mengajarkan bagaimana
mengaplikasikan integritas yang kuat itu di masyarakat. Sehingga penting
memikirkan dengan matang desain pembelajaran yang menarik dan tepat sasaran
akan dialog antar agama ini. Sehingga makna hidup kita sebagai seorang Kristen
yang hadir untuk hidup bersesama dengan orang lain siapapun dia dapat
terlaksana dengan baik. Dan kelak dapat kita pertanggung jawabkan pada Dia,
sang pemilik semua agama dan manusia di dalamnya.
[1]
Bahan kuliah mata kuliah Teologi agama-agama, pada 22 November 2013, oleh Dosen
Pengampu : Bpk. Pdt. Daud Sangka’ P.
[2]
Th. Sumartana. 2007. "Theologia Religionum". Di dalam Meretas
Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia. Tim Balitbang PGI (Eds.). Jakarta:
BPK Gunung Mulia.
[3]
Ibid
[4] Inggris)Ian Markham. 2004. "Christianity
and Other Religion". In The Blackwell Companion to Modern Theology.
Gareth Jones (Ed.).Malden, MA: Blackwell Publishing.
[5]
Op. cit, lihat bahan kuliah Pdt. Daud Sangka’ P.
[6]
Buku ini disunting oleh Panitia PEnerbitan Buku Kenangan Prof. Dr. Olaf Herbert
Schumann BAlitbang PGI.
Minggu, 21 September 2014
PENERAPAN SHARING KNOWLEDGE PADA PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (PAK) BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
PENERAPAN
SHARING KNOWLEDGE PADA
PENDIDIKAN
AGAMA KRISTEN (PAK) BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
Oleh:
Uci Sumarlin
MAHASISWA
PROGAM PASCASARJANA STAKN TORAJA
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
1.2. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Knowledge
2.2. Management
2.3. Knowledge Management
2.4. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
2.5. Pengertian Pendidikan Agama Kristen (PAK)
2.6. PAK bagi Anak Berkebutuhab Khusus (ABK)
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Keadaan Umum Pendidikan Anak Berkebutuhan khusus
3.2. Sumber Daya manusia/Human Capital (HC) Division
3.3. Implementasi Knowledge Management pada PAK bagi ABK
BAB IV KESIMPULAN & SARAN
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi yang
ditunjang oleh inovasi juga ditandai denganperkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat pesat. Menyadariakan persaingan yang semakin berat, maka
diperlukan perubahan paradigmaorganisasi dari yang semula mengandalkan pada resource-based
menjadiknowledge-based yang bertumpu pada pengembangan meta data
bases, datamining, data warehouse, dan sebagainya. Upaya lain yang perlu
dilakukan kedepan adalah pengembangan SDM dan knowledge sharing (berbagi
knowledge)dikalangan karyawan menjadi sangat penting guna meningkatkan
kemampuanmanusia untuk menghasilkan inovasi. Knowledge management adalah
bagaimanaorang-orang dari berbagai tempat yang berbeda mulai saling berbicara,
yangsekarang populer dengan label learning organization.Knowldege management
menjadi bidang yang penting dalam prosespembelajaran sebuah organisasi.
Pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi harusmampu memberikan kemajuan bagi
organisasi itu sendiri. Agar organisasi dapatbertahan hidup, maka diwajibkan
setiap orang yang ada di dalam organisasisharing pengetahuan. Untuk itu
dibutuhkan manajemen yang kuat agarpengetahuan tersebut mengakar di setiap
individu dalam organisasi dan tidakhilang begitu saja dengan didukung
infrastruktur untuk penyebaran informasi dilingkungan organisasi.
Tidak pada dunia organisasi
bisnis saja, tetapi juga dalam organisasi pendidikan, dibutuhkan pengelolaan
pengetahuan, agar setiap yang terlibat di dalamnya mendapatkan perkembangan
demi kemajuan individu maupun organisasi. Untuk itu, setiap yang terlibat itu
pula perlu memiliki paradigma yang sama, dan tujuan yang sama dalam
mengembangkan dan mengelola pengetahuan, atau yang lebih dikenal dengan istilah
KM.
Perkembangan dewasa ini
mengajukan pada makin cepatnya perubahandalam segala bidang kehidupan,
akibatnya dari efek globalisasi sertapengembangan teknologi informasi yang
sangat akseleratif. Kondisi ini jelasmengakibatkan perlunya cara-cara baru
dalam menyikapi semua yang terjadi agardapat tetap survive. Penekanan
akan makin pentingnya kualitas sumber dayamanusia (SDM) merupakan salah saru
respon dalam menyikapi perubahantersebut, dan ini tentu saja memerlukan
upaya-upaya untuk meningkatkan danmengembangkan SDM. Secara khusus di dunia
pendidikan, dengan kerakteristik peserta didik yang beragam membutuhkan
kompetensi yang matang pada guru ataupun menajemen dalam memikirkan
pengembangan SDM tersebut.
Sehubungan dengan itu
peranan ilmu pengetahuan menjadi makin menonjol,karena hanya dengan
pengetahuanlah semua perubahan yang terjadi dapat disikapidengan tepat. Ini
berarti pendidikan memainkan peran penting dalammempersiapkan SDM yang
berkualitas dan kompetitif. Ketatnya kompetisi secaraglobal khususnya dalam
bidang ekonomi telah menjadikan organisasi usahamemikirkan kembali strategi
pengelolaan usahanya, dan SDM yang berkualitasdengan penguasaan pengetahuannya
menjadi pilihan penting yang harusdilakukan dalam konteks tersebut.
Pengetahuan telah menjadi
sesuatu yang sangat menentukan, oleh karena ituperolehan dan pemanfaatannya
perlu dikelola dengan baik dalam kontekspeningkatan kinerja organisasi. Langkah
ini dipandang sebagai sesuatu yangsangat strategis dalam menghadapi persaingan
yang mengglobal, sehinggapencapaiannya akan merupakan suatu bencana bagi dunia
bisnis, oleh karena itudiperlukan cara yang dapat mengintegrasikan pengetahuan
itu dalam kerangkapengembangan SDM dalam organisasi. Dari sinilah istilah
manajemenpengetahuan berkembang sebagai suatu bagian penting dan strategis
dalampengelolaan SDM pada Perusahaan/organisasi.
Pengetahuan memang merupakan
milik individu, namun dapat dimanfaatkanoleh organisasi dengan tetap memberikan
otonomi pengembangannya padaindividu tersebut. Dalam hubungan ini belajar dan
pembelajaran menjadi katakunci dalam peningkatan kapasitas pengetahuan, oleh
karenanya menjadikanindividu sebagai pembelajar merupakan kondisi yang
diperlukan sebagai bagiandari upaya meningkatkan kinerja organisasi melalui
pengintegrasiannya denganproses organisasi. Untuk itu organisasi perlu
melakukan pengembangan dirinyamenjadi organisasi pembelajar, sebab hanya dalam
kondisi yang demikianindividu/pegawai dapat benar-benar menjadi manusia
pembelajar.
Knowledge management ini bisa dimanfaatkan baik bagi kita sebagai pribadisampai level
perusahaan maupun negara. Pemanfaatannya dalam kehidupanpribadi, sebenarnya
kita sudah sering melakukannya, namun mungkin kita tidaksadar bahwa kita sudah
melakukan knowledge management, misalnya kita inginmenjadi juara kelas
di sekolah (impian yg ingin diraih), maka strategi yang kitapilih untuk dapat mewujudkannya
diantaranya :
·
Rajin
belajar
·
Rajin
membuat rangkuman pelajaran shg mudah dipelajari dan diingat kembali
·
Rajin
mengikuti berita baik nasional maupun internasional
·
Menaati
peraturan di sekolah, dsb
Hal tersebut dilakukan
karena kita sudah “tahu”, bahwa hal-hal tersebut diatasberguna untuk
melancarkan tercapainya impian. “Tahu” bisa dari riset kecilkecilanberupa
mencari informasi cara-cara yang ditempuh para juara kelassebelumnya dari mulut
ke mulut (tacit knowledge), maupun dari berbagai tulisandi berbagai
artikel (explicit knowledge).
Tacit knowledge =
Pengetahuan yg belum didokumentasikan, yg biasanyamasih ada di kepala
masing-masing orang.
Explicit knowledge =
Pengetahuan yg sdh didokumentasikan.
Ternyata dalam kehidupan
sehari-hari kita sudah menerapkan manajemenknowledge. Pada level
perusahaan, knowledge management merupakan perpaduandari :
·
Strategi
bisnis : kemana perusahaan akan dibawa, dan bagaimana strategipencapaian
targetnya.
·
IT : tools
yang dipergunakan untuk mengimplementasikan strategi perusahaan.
·
Manajemen
SDM : pelaku utama dari strategi perusahaan.
Banyak perusahaan baik di
Indonesia maupun luar negeri yang sudahmenerapkan knowledge management untuk
meningkatkan persaingan bisnis. DiIndonesia sudah ada beberapa perusahaan yg sudah
menerapkan hal ini,diantaranya : PT. Widya Karya (WIKA), PT. Astra Graphia
(AG), PT. Unilever,PT. Astra International, PT. Bank Mandiri, PT. FIF, PT.
Medco EnergiInternasional, PT. Indosat, PT. Sinar Mas Agro Resources &
Technology
(SMART), PT. Telkom, PT. Telkomsel, PT. Toyota Astra Motor, PT.
UnitedTractors (UT), PT. XL Axiata, dll (terlepas dari seberapa jauh dan
mendalamnyakeberhasilan penerapan knowledge management di perusahaan
tersebut).
Namun, yang sudah terbukti
keberhasilan penerapan knowledge managementtersebut adalah :
·
PT.
Unilever, sebagai pemenang Asian MAKE selama 4 kali (2005, 2006,2008 &
2009)
·
PT. Astra
International 2 kali terpilih sebagai pemenang Asian MAKE (2007 &2008), dan
·
PT. Widya
Karya yang keberhasilannya dimuat dalam buku WirausahaMandiri)PT. Unilever, PT.
United Tractor, dan PT. Bank Mandiri, terpilih sebagaiorganisasi berbasis
pengetahuan yang paling dikagumi di Indonesia tahun2010, ke-3 organisasi ini
dinilai paling berhasil dan berhak mewakili Indonesiadalam 2010 Asian MAKE
Study.
Pada
zaman ini, keberhasilan pelaksanaan KM di dunia usaha, telah dapat dibuktikan,
kemudian mulailah menyusul pada dunia pendidikan, sebab seyogyanya KM bermula
dari pendidikan, sehingga semestunya dapat dengan baik dilaksanakan di dunia
pendidikan. kemajuan tekbologi turut memberi dukungan demi terlaksaanya dan
terwujudnya pelaksanaan KM didunia pendidikan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pentingnya knowledge management pada Pendidikan
Agama Kristen (PAK) bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam meningkatkan SDM
dan layanan pendidikan
1.3. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang dan tujuan
yang telah dikemukakan di atas, maka makalah ini dibuat dengan rumusan masalah
sebagai berikut :
1.
Apakah pengertian Knowledge Management, Pendidikan Agama Kristen &
Anak Berkebutuhan Khusus?
2.
Bagaimana gambaran layanan Pendidikan, khususnya PAK bagi Anak
Berkebutuhan Khusus?
3.
Bagaimana Implementasi KM dalam PAK bagi ABK?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Knowledge
Ackoff[1]
(1989) mendefinisikan bahwa knowledge merupakan sebuah tipologidata,
informasi, pengetahuan, dan kebijaksanaan. Ackoff berperan dapat bahwadata
merupakan sesuatu yang mentah sedangkan informasi adalah data yangdijiwai oleh
arti. Pengetahuan merupakan sebuah informasi yang ditarik bersamasamauntuk
sesuatu yang bermanfaat. Kebijaksanaan merupakan pengetahuanyang dibawa kepada
sebuah hubungan dengan dimensi moral kondisi manusia.
Knowledge adalah sebuah pencampuran antara pengalaman, nilai,
informasikonstekstual, dan penglihatan para ahli yang menyediakan sebuah
kerangka untukevaluasi dan berkaitan dengan pengalaman baru dan informasi. Knowledge
iniasli dan dapat di aplikasikan ke pikiran. Dalam sebuah organisasi hal
ini seringditanamkan tidak hanya pada dokumend atau reposisi saja namun juga
padakegiatan, proses, praktek, dan norma organisasi (Davenport dan Prusak,
1998).
Knowledge merupakan bagian dari individu, personal, tinggal di dalampikiran
manusuda dan seringnya orang tidak peduli denga kehadirannya. Prosespembangunannya
tergantung kepada faktor lain termasuk informasi. Pengkreasianknowledge merupakan
proses gradual dari penambahan nilai kepada knowledgesebelumnya melalui
proses inovasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyakknowledge yang
diturunkan dan dimiliki semakin banyak posisi yang dapat kitakreasikan dan di
transfer kepada orang lain (Al-hawamdeh, 2003).
Elgar[2]
(2008) menawarkan sebuah tipologi baru mengenai knowledge, yaitusebuah
data, meaning, atau practice. Setiap term tersebut dapat diketahui
dansecara bersama-sama mereka akan menunjukkan apa arti sebernarnya dariknowledge.
Data adalah sebuah sinyal, sensedata sedangkan meaning merupakankerangka
kognitif yang diartikan sebagai sinyal dan berhubungan dengankehidupan kita.
Meaning berkaitan dengan lensa dan bukan dengan sense-datayang kita proses.
2.2. Management
Management di artikan sebagai proses mengkoordinasi
kegiatan-kegiatanpekerjaan sehingga secara efisien dan efektif dengan dan
melalui orang lain.Proses menggambarkan fungsi-fungsi yang sedang berjalan atau
kegiatan-kegiatanutama yang dilakukan oleh manajer. Fungsi tersebut lazim
disebut sebagai prosessmerancang, memimpin, dan mengendalikan. Manajemen juga
memasukkanefisiensi dan efektifitas enyelesaian kegiatan-kegiatan pekerjaan organisasi[3](Robbins
dan Coulter, 2002).
Manajemen merupakan bagian
dari hierarki lain yang meliputi supervisi,manajemen, dan kepemimpinan.
Supervisi berurusan dengan tugas individu danorang. Superivisi ini diterapkan
pada tingkat operasi sebuah organisasi.Sedangkan manajemen berurusan dengan
grup dan di prioritaskan pada tingkattakstis. Kepemimpinan berurusan dengan
tujuan dan perubahan pada tingkatstrategis[4]
(Bock, 2002).
2.3. Knowledge Management
Knowledge Management adalah usaha untuk meningkatkan pengetahuanyang berguna dalam
organisasi, diantaranya membiasakan budaya komunikasiantar personil, memberikan
kesempatan untuk belajar, dan menggalakan untuksaling berbagi knowledge.
Dimana usaha ini akan menciptakan danmempertahankan peningkatan nilai dari
kompetisi bisnis dengan memanfaatkanteknologi informasi[5]
(Mc Inerney, 2002).
Knowledge Management memiliki fungsi penting yang terbagi dalam 4 halberikut :
a. Identifikasi aset, kunci dari knowledge yang ada di perusahaan.
b. Merefleksikan apa yang organisasi tahu.
c. Saling berbagi (sharing) segala knowledge kepada siapa
pun yangmembutuhkan.
d. Menerapkan penggunaan knowledge untuk meningkatkan
kinerja organisasi.
Komponen kritis knowledge
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan strategiKnowledge Management yang berhasil
adalah sebagai berikut:
a. Sumber dan aliran knowledge yang tepat bagi organisasi.
b. Teknologi yang tepat untuk menyimpan dan mengkomuniaksikan knowledgetersebut.
c. Budaya kerja yang tepat sehingga pekerja termotivasi untuk
memanfatkanknowledge tersebut.
Best Practice Knowledge
Management
Gambar 1. Knowledge Management
Nonaka dan Takeuchi [6](1995)
menyebutkan bahwa ada empat tipe interaksiantara dan diluar sebuah organisasi
yang didasarkan pada perbedaan yang jelasantara tacit dan explisit knowledge
yaitu sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, daninternalisasi. Keempat faktor
tersebut menggambarkan sebuah proses yangdinamis dimana tacit dan explisit
knowledge berubah. Keempat hal tersebutadalah:
1)
Sosialisasi
(dari tacit – tacit). Sosialisasi mengacu pada proses pembagian tacitknowledge di
antara orang. Perubahan pengetahuan ini dapat terjadi antaraorang ke orang,
orang ke banyak orang, atau banyak orang ke banyak orang.Tacit knowledge ini
dapat ditransfer dari satu orang ke yang lain tanpamelalui proses verbal atau
dokumen tertulis. Contohnya adalah berceritapengalaman. Tacit knowledge juga
dapat diperoleh melalui observasi, on thejob training, mentoring, dan
bergabung dengan aktivitas seperti rapat danbekerja sama dengan tim dalam
sebuah proyek. Hal ini banyak berkaitandengan komunikasi dan kolaborasi dengan
orang.
2)
Eksternalisasi
(dari tacit – explicit). Eksternalisasi
mengacu kepada prosesartikulasi dan pengkodean dari tacit knowledge. Hal
ini mencoba untukmengkonversikan tacit knowledge ke explicit knowledge.
Proses eksternalisasiatau pengkodifikasi ini melibatkan penangkapan dan
pendokumentasian daritacit knowledge. Eksternalisasi meliputi aktivitas
seperti diskusi yangmelibatkan teman kolega atau anggota tim, merespon
pertanyaan dan cerita.
3)
Kombinasi
(dari explicit – explicit).
Kombinasi mengacu pada prosesmengkonversi explicit knowledge ke explicit
knowledge yang lebih komplek.Explicit knowledge dapat dibagi dan
ditransfer melalui dokumen dan email.Setelah seseorang mendapatkan akses dan
pengambilan informasi, sebuahproses rekonfigurasi dapat mulai terjadi dimana
informasi tersebut dipisahkan,dimengerti, dan direkontekstualisasi. Secara
singkat, ini berhubungan denganproses dari sebuah informasi. Contoh kombinasi
proses adalah menempatkansebuah laporan proyek dalam sebuah gudang bersama.
4)
Internalisasi
(dari explicit – tacit). Internalisasi
terkait denga prosespenggunaan explicit knowledge. Hal ini memerlukan
proses pengetahuaneksternal seperti informasi, pengertian, dan
kemudianmenginternalisasikannya. Sehingga akan mengekresikan tacit knowledge
untukindividual. Sebagai contoh, internalisasi akan terjadi jika seorang
individumengakses dan membaca sebuah laporan proyek dari gudang
organisasibersama, mengerti isi laporan, dan kemudian
mengkontekstualisasikannya kedalam kebutuhan pribadinya dan sesuai dengan
kondisinya sendiri.
2.4. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Anak
berkebutuhan khusus (Heward)[7]
adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya
tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak
dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami kelainan/
penyimpangan (fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional) dalam proses
pertumbuhkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia sehingga
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Anak
Berkebutuhan Khusus adalahAnak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum
atau rata-rata anak seusianya. Sedangkan Menurut Heward, Anak berkebutuhan
khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada
umumnya tnpa selalu menunjukkan pada ketidak mampuan mental, emosi, atau fisik[8]
Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak
Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan
khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk
pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi
mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan
menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya
bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya
masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B
untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa,
SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
Dalam
memahami pengertian AnakBerkebutuhanKhusus mungkin Anda akan menjumpai beberapa istilah yaitu
kelainan, kecacatan,
dan hambatan. Pengertian dari
istilah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut[9].
- Kelainan adalah ketidaknormalan fungsi sistem organ, biasanyamengacu pada keadaan medis /organik
- Kecacatan adalah merupakan konsekuensi fungsional dari kelainan yang dimiliki. Seorang anak yang mempunyai spinabifida ( punggungdengankeadaanbengkok / bungkuk (bahasajawa) ) , sehingga tidak dapat berjalan tanpa tongkatpenopang, berarti anak inimemiliki kecacatan.
- Hambatan adalah konsekuensi sosial atau lingkungan akibat kecacatan. Banyak orang dengankecacatan tidak harus merasa mempunyaihambatan.
Perlakuan-perlakuan
yang diterima ABK berpeluang menimbulkan rasa frustrasi pada diri ABK sehingga
rentetan frustrasi yang berkepanjangan tersebut akan menjadi ancaman bagi
seluruh perkembangan kepribadian anak. Artinya ketika salah satu aspek
perkembangan anak mengalami hambatan, maka akan mempengaruhi aspek perkembangan
yang lain (nurturant)[10].
2.5. Pengertian Pendidikan Agama Kristen (PAK)
Hakikat
PAK[11]
adalah usaha yang dilakukan secara kontinu dalam rangka mengembangkan kemampuan
pada siswa agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati
kasih Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakannya dalam kehidupan
sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya.Pelajaran Pendidikan AgamaKristen,
memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi
pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan
bermartabat.
Pendidikan Agama Kristen bertujuan[12]:
a)
Memperkenalkan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus dan karya-karya-Nya agar
peserta didik bertumbuh iman percayanya dan meneladani Allah Tritunggal dalam
hidupnya
b)
Menanamkan pemahaman tentang Allah dan karya-Nya kepada peserta didik,
sehingga mampu memahami dan menghayatinya
c)
Menghasilkan manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara
bertanggungjawab serta berakhlak mulia di tengah masyarakat yang pluralistik.
Ruang lingkup PAK meliputi aspek-aspek
sebagai berikut.
a)
Allah Tritunggal (Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus) dan karya-Nya
b)
Nilai-nilai kristiani.
2.6. PAK bagi Anak Berkebutuhab Khusus (ABK)
Tentang
Pendidikan Agama Kristen Wyckoff mengatakan: Pendidikan Agama Kristen melayani
kehidupan yang ditebus, yakni kehidupan yang dijadikan baru oleh Allah yang
menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menyatakan diri sejelas mungkin dalam
Yesus Kristus dan yang senantiasa membimbingnya dengan Roh Kudus. Jadi, sifat
paling khas dari pendidikan agama Kristen ialah bahwa ia mencakup Firman Allah,
Firman yang Allah sabdakan kepada manusia. Hal ini juga berlaku bagi ABK,
mereka juga memiliki hak yang sama dalam belajar akan Kasih dan Anugerah Allah
yang juga berhak mereka terima, atau dengan kata lain kedudujan anak normal
dengan anak berkebutuhan khusus dalam menerima Firman Allah dan belajar akan
Firman itu adalah sama.
Jika
dalam mata pelajaran yang lain, ABK mendapat perlakuan khusus (dalam arti
penanganan berdasarkan kebutuhan meeka), maka dalam PAK juga semestinya
demikian. Karena itu, dibutuhkan kompetensi yang memadai oleh seorang guru atau
pendidik pendidikan khusus, baik yang di laksanakan di sekolah Luar Biasa
ataupun yang di laksanakan di sekolah Umum yang menerima ABK.
Pembelajaran
untuk anak berkebutuhan khusus (student with special needs) membutuhkan
suatu pola tersendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, yang berbeda
antara satu dan lainnya. Dalam penyusunan program pembelajaran untuk setiap
bidang studi, hendaknya guru kelas sudah memiliki pribadi setiap peserta
didiknya. Data pribadi yakni berkaitan dengan teristik spesifik, kemampuan dan
kelemahannya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat perkembangannya
Menyadariperlunyabimbingandanpembelajarankhususbagianak-anaktersebut,
Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Universitas Kristen Indonesia (UKI) mendirikan Pusat Belajar dan Pelatihan
Anak Berkebutuhan Khusus bernama Golden Kids. Dan tidak seperti sekolah biasa dimana
orangtua mendaftarkan anak untuk kemudian anak mengikuti proses belajar, Golden
Kids menerapkan sesi wawancara diawal bersama orangtua serta pengenalan terhadap
anak.[13]
Stimulus,
metode yang tepat dan data mengenai keterkhususan ABK, menjadi referensi
penting dalam memikirkan layanan pendidikan, khususnya PAK bagi ABK. Disamping
itu, kesabaran, ketekunan, ketegasan, kecakapan, kreatifitas, akan sangat
mendukung dalam penanganan terhadap mereka. Beberapa contoh nyata bagi kita,
yaitu Thomas Alfa Edison, yang dulunya dianggap sebagai seorang autism,
kemudian lebih terkenal sebagai seorang ilmuwan yang sangat berjasa bagi dunia
ilmu pengetahuan, ini membuktikan bagi kita bahwa dengan penanganan yang tepat
bagi ABK dan spirit dari pembelajaran PAK bagi ABK akan membawa mereka kepada
keberhasilan berdasarkan kemampuan mereka.
BAB III
PEMBAHASAN
Knowledge Management yang biasa disingkat KM, memang belummemiliki definisi formal.
Tapi secara konseptual, KM merupakan kegiatanorganisasi dalam mengelola
pengetahuan sebagai aset, dimana dalam berbagaistrateginya ada penyaluran
pengetahuan yang tepat kepada orang yang tepat dandalam waktu yang cepat,
hingga mereka bisa saling berinteraksi, berbagipengetahuan dan
mengaplikasikannya dalam pekerjaan sehari-hari demipeningkatan kinerja
organisasi.
Majalah Fortune pada tahun
1999 pernah mengeluarkan peringkat 15perusahaan urutan teratas hasil market
valuation atas 500 perusahaan kelas duniayang paling sukses. Hasilnya,
Microsoft bertengger di urutan pertama, disusulNokia, Fuji, Xerox, dan
seterusnya. Apa kiat sukses mereka? Jawabannya adalah:mereka berhasil mengelola
pengetahuan sebagai aset strategis, dan menjadikanpengetahuan sebagai salah
satu indikator utama keberhasilan. Jadi, modal utamaperusahaan-perusahaan itu
tidak lagi terfokus pada aset yang tangible (tanah,bangunan, uang)
melainkan telah berubah ke aset intangible (brand recognition,patent,
customer loyalty dll) yang merupakan wujud kreatifitas dan inovasi yang
bersumber pada pengetahuan. Sebagai suatu aset yang strategis,
pengetahuanharus dikelola dan dikembangkan. Dengan manajemen pengetahuan yang
efektif,akan tercipta iklim yang kondusif atau budaya belajar dan berbagi
pengetahuan,sehingga pengetahuan para individu yang sangat beragam menjadi
mudahdipadukan hingga menjadi pengetahuan organisasi atau perusahaan. Sasarannya:menghasilkan
berbagai keunggulan.
KM sebagai sebuah konsep
dimana perusahaan mengelola pengetahuanorganisasi secara efektif guna
menciptakan business value dan competitiveadvantage. Pengetahuan
yang semula milik individu, kini menjadi milikperusahaan, dan dapat digunakan
serta disebarluaskan untuk kepentinganperusahaan. Konsep ini berorientasi pada
pembentukan kowledge worker dalamperusahaan, seperti yang ditulis Peter
F. Drucker dalam bukunya Landmark ofTomorrow di tahun 1959. Menurutnya, seorang
pekerja yang efektif akanmengandalkan pengetahuannya dan tidak terbatas pada
kemampuannya saja.
KM sangat dibutuhkan dalam
dunia pendidikan, khususnya pada penanganan ABK. Sebagaimana diatur dalam
PERMENDIKNAS, nomor 32 Tahun 2008, mengenai tenaga pendidik pendidikan khusus,
maka pendidik ABK mesti memiliki kualiikasi yang cukup menarik. Disini peranan
KM dapat dimanfaat kan dengan baik. Setelah mengetahui pengertian dari KM, maka
nampak bahwa KM dapat di manfaatkan dalam meningkatkan SDM pendidik dalam dunia
pendidikan, dan bagi orang tua bahkan bagi ABK itu sendiri. karena itu, baiklah
jika kita mengamati bagaimana kondisi umum pendidikan bagi ABK.
3.1. Keadaan Umum Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) sejak berdirinya hingga sekarang telah
mengalami perjalanan yang panjang, baik yang terjadi di Indonesia maupun di
negara-negara lain di dunia. Pendidikan anak berkebutuhan khusus secara umum
dapat dilaksanakan di sekolah khusus, maupun di sekolah umum/ sekolah reguler.
Di
Eropa, secara khusus pertama didirikan kira-kira sudah 200 (dua ratus) tahun yang
lalu, namun baru pada abad ke-20 terjadi perhatian yang serius dengan diakuinya
hak-hak sipil para penyandang cacat, termasuk diberlakukannya
perundang-undangan yang mewajibkan pendidikan untuk semua (Befring,2001). Sejak
tahun 1970-an, di Eropa perubahan radikal telah terjadi di bidang pendidikan
luar biasa. Layanan PLB diperluas mencakup tidak hanya sekolah khusus tetapi
juga di semua sekolah umum, anak usia pra-sekolah, remaja, sekolah menengah dan
orang dewasa yang berkebutuhan pendidikan khusus[14]
(Befring dan Tangen, 2001). Meskipun pendidikan anak berkebutuhan khusus telah
cukup lama digunakan dalam melayani anak berkebutuhan khusus, namun baru pada
abad 20 dipelajari sebagai disiplin ilmu yang mandiri.
Di
Indonesia, perkembangan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dan pendidikan
khusus lainnya, mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam dua dasa warsa
terakhir. Dengan lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 tahun
1989 yang kemudian disempurnakan menjadi UU No.20/ 2003, pendidikan luar biasa
tidak saja diselenggarakan melalui sistem persekolahan khusus (SLB), namun juga
dapat diselenggarakan secara inklusif di sekolah reguler pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Perkembangan
cakupan layanan pendidikan luar biasa yang semakin luas tersebut, menunjukkan
bahwa eksistensi pendidikan anak berkebutuhan khusus sebagai disiplin ilmu
sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini mempengaruhi tuntutan kompetensi
guru pendidikan luar biasa, yang tidak cukup hanya dengan kemampuan menjalankan
tugas-tugas keguruan tetapi juga non keguruan. Eksistensi penndidikan anak
berkebutuhan khusus umum perlu dikembangkan ke spesialis pendidikan anak
berkebutuhan khusus.
Perkembangan
pendidikan anak berkebutuhan khusus sebagai disiplin ilmu mengalami tiga fase
(1) sebagai aplikasi teori-teori ilmu lain, terutama ilmu kedokteran dan
psikologi, (2) sebagai bagian dari pedagogik, dan (3) sebagai disiplin ilmu
yang otonom (Mulyono, 1994).
a. Pendidikan anak berkebutuhan khusus
sebagai aplikasi teori-teori ilmu yang lain
Pada mulanya pendidikan anak
berkebutuhan khusus bukan merupakan disiplin ilmu karena hanya merupakan
aplikasi dari teori-teori disiplin ilmu tertentu, terutama ilmu kedokteran dan
psikologi. Dalam bidang kesehatan banyak ditemukan gejala-gejala suatu penyakit
yang tidak dapat disembuhkan melalui penggunaan obat-obatan atau terapi medik.
Para dokter menyarankan agar digunakan terapi pendidikan (educational therapy).
Demikian juga di bidang psikologi. Para psikolog klinis dalam melaksanakan
kegiatan profesionalnya, menemukan adanya anak-anak dengan perilaku abnormal
yang sumber penyebabnya adalah kesalahan pendidikan. Para psikolog juga
menemukan adanya anak-anak yang proses mental dan perilakunya menyimpang dari
kriteria normal yang memerlukan teknik penyembuhan yang bersifat memdidik.
Teknik penyembuhan yang bersifat mendidik tersebut oleh para psikolog seperti
halnya para dokter, disebut Pendidikan anak berkebutuhan khusus.
b. Pendidikan anak berkebutuuhan khusus
sebagai bagian dari Pedagogik
Seperti diketahui bahwa bidang
telaah atau obyek ontologis ilmu pendidikan adalah situasi pendidikan anak
untuk mencapai kedewasaan. Usaha memecahkan masalah pendidikan, khususnya
pendidikan anak berkebutuhan khusus dan anak berkebutuhan pendidikan khusus
lain yang terpisah-pisah dalam penanganannya oleh para dokter dan
psikolog, menyebabkan banyak ilmuwan pendidikan yang merasa tidak puas.
Ketidakpuasan tersebut mendorong dimasukkannya pendidikan anak berkebutuhan
khusus yang semula hanya dipandang sebagai teknik penyyembuhan medik/
psikologik ke dalam disiplin ilmu pendidikan.
c. Pendidikan anak berkebutuhan khusus
sebagai disiplin ilmu
Seperti halnya disiplin ilmu
lainnya, ilmu Pedagogik juga telah berkembang dengan pesat. Perkembangan yang sangat
pesat tersebut disebabkan oleh adanya kecenderungan dari para ilmuwan untuk
melakukan spesialisasi telaah kajiannya agar diperoleh tingkat analisis yang
lebih tajam dan lebih seksama. Kecenderungan semacam itu juga melanda para
ilmuwan dalam bidang pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dan anak
berkebutuhan pendidikan khusus lainnnya untuk menjadikan pendidikan anak
berkebutuhan khusus sebagai disiplin ilmu (Mulyono, 1994)
Pendidikan anak berkebutuhan khusus
sebagai disiplin ilmu dalam praktiknya memerlukan dukungan atau penunjang
ilmu-ilmu lain yang selanjutnya disebut ilmu-ilmu penunjang pendidikan anak
berkebutuhan khusus. Pendidikan anak berkebutuhan khusus diantaranya adalah
ilmu kedokteran, ilmu psikologi, ilmu pendidikan, bimbingan dan konseling, maupun
ilmu-ilmu sosial.
Pendidikan anak berkebutuhan khusus
sebagai disiplin ilmu merupakan bidang yang kompleks karena bersifat
multidisipliner. Wilayah kajiannya atau ‘area
of congruence’ sangat jelas yaitu hambatan belajar (barrier to learning), hambatan pperkembangan (barrier to
development), dan yyang sifatnya temporer maupun permanen. ‘Area of congruence’
disiplin ilmu pendidikan anak berkebutuhan khusus mencakup tiga aspek meliputi
: (1) interaction and communication impairment, (2) behavior and
social-emotional impairment, (3) perceptual motor impairment. Area ini dapat
terjadi pada setiap jenis anak berkebutuhan khusus, seperti tunanetra,
tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, kesulitan belajar, anak cerdas dan berbakat
istimewa, maupun jenis kelainan yang lain.
Bidang tugas disiplin ilmu
pendidikan anak berkebutuhan khusus merupakan ‘area of congruence’ tersebut
merupakan bidang kajian semua strata pendidikan di LPTK (S1, S2, S3) Pendidikan
Khusus, maupun jalur profesi atau spesialis Ortopedagog.
Perbedaan dari kedua jalur tersebut
terletak pada orientasinya. Jalur akademik berorientasi kepada pengembangan
keilmuan pendidikan anak berkebutuhan khusus, sedangkan jalur pendidikan
profesi atau spesialis berorientasi kepada kecakapan dalam aplikasi pendidikan
ilmu anak berkebutuhan khusus, baik dalam settiing persekolahan maupun non
persekolahan.
3.3. Implementasi Knowledge Management pada PAK bagi ABK
Ada tiga bentuk keterpaduan
dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menurut Depdiknas
(1986). Ketiga bentuk tersebut adalah :
1. Bentuk Kelas Biasa
Dalam bentuk keterpaduan ini
anak berkebutuhan khusus belajar dikelas biasa secara penuh dengan menggunakan
kurikulum biasa. Bentuk keterpaduan ini sering juga disebut keterpaduan penuh.
Dalam keterpaduan ini, guru
pembimbing khusus hanya berfungsi sebagai konsultan bagi kepala sekolah, guru
kelas/guru bidang studi, atau orang tua anak berkebutuhan khusus. Sebagai
konsultan, guru pembimbing khusus berfungsi sebagai penasehat mengenai
kurikulum, maupun permasalahan dalam mengajar anak berkebutuhan khusus.
2. Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus
Pada keterpaduan ini, anak
berkebutuhan khusus belajar di kelas biasa dengan menggunakan kurikulum biasa
serta mengikuti pelayanan khusus untuk mata pelajaran tertentu yang tidak dapat
diikuti oleh anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak normal. Pelayanan
khusus tersebut diberikan di ruang bimbingan khusus oleh guru pembimbing khusus
(GPK), dengan menggunakan pendekatan individu dan metode peragaan yang sesuai.
Misalnya untuk anak tunanetra, di ruang bimbingan khusus disediakan alat tulis
braille, peralatan orientasi mobilitas. Keterpaduan pada tingkat ini seing
disebut juga keterpaduan sebagian.
3. Bentuk Kelas Khusus
Dalam keterpaduan ini anak
berkebutuhan khusus mengikuti pendidikan sama dengan kurikulum di SLB secara
penuh di kelas khusus pada sekolah umum yang melaksanakan program pendidikan
terpadu. Keterpaduan ini disebut juga keterpaduan lokal/bangunan atau
keterpaduan yang bersifat sosialisasi. Pada tingkat ini, guru pembimbing khusus
berfungsi sebagai pelaksana program di kelas khusus. Keterpaduan pada tingkat
ini hanya bersifat fisik dan sosial, artinya anak berkebutuhan khusus dapat
dipadukan untuk kegiatan yang bersifat non akademik, seperti olahraga,
keterampilan, juga sosialisasi pada waktu jam-jam istirahat atau acara lain
yang diadakan oleh sekolah.
Untuk membantu kesulitan
yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus, si sekolah terpadu di sediakan Guru
Pembimbing Khusus (GPK). GPK dapat berfungsi sebagai konsultan bagi guru
kelas,kepala sekoah, ata anak berkebutuhan khusus itu sendiri. Selain itu, GPK
juga berfungsi sebagai pembimbing di ruang bimbingan khusus atau guru kelas
pada kelas khusus. Disini peranan KM dapat diterapkan, bagi pendidik, dapat
mengumpulkan data mengenai ABK dan penanganannya dan berbagi pengetahuan itu,
baik melalui tulisan, lisan, atau media sosial dan internet. Disamping itu,
orang tua dapat mengakses informasi itu dan menambah pengetahuan mereka,
sehingga memudahkan mereka menangani anak ABK, bukan menyerah dan mengabaikan
mereka.
Bersamaan
dengan hal itu beberapa konsep knowledge management dapat mendasari suatu
institusi pendidikan menerapkan suatu perpustakaan berbasis knowledge
management[15],
antara lain:
1)
Knowledge management merupakan proses yang terus-menerus harus dilakukan
sehingga proses tersebut akan menjadi satu budaya dari perusahaan tersebut, dan
akhirnya perusahaan akan membentuk perusahaan yang berbasis kepada pengetahuan.
2)
Knowledge
management membantu organisasi untuk mengelola kemampuan tiap individu untuk
sharing knowledge.
3)
Organisasi
harus mampu mengintegrasi, me-manage knowledge dan informasi terhadap
lingkungan secara efektif.
Hal-hal di atas harus dapat
disinkronisasikan tanpa mengalami hambatan jika masing-masing user menyadari
betapa pentingnya pengorganisasian pengetahuan. Pengetahuan tidak akan pernah
mati maupun hilang begitu saja, apalagi dalam Universitas Gadjah Mada yang
mengutamakan kualitas pendidikan bertaraf internasional.Pengetahuan yang umum
tersedia dalam universitas berupa : Tacit knowledge : pengetahuan yang berbentuk know-how,
pengalaman, skill, pemahaman, maupun rules of thumb. Explicit knowledg :
pengetahuan yang tertulis, terarsip, tersebar (cetak maupun elektronik) dan
bisa sebagai bahan pembelajaran (reference) untuk orang lain.
Knowledge Management
adalah konsep dan metodologi yangmemungkinkan setiap komponen (yang
sejenis) secara tersistim/terorganisasi membangun masyarakat berbasis
pengetahuan dalam kelompoknya[16].Sesuai
dengan hakekat implementasi KM, maka kegiatan pembelajaran dalam setiap
komponen harus menunjang dan menghasilkan produk berupa best practices dan
inovasi sebagai faktor kekuatan daya saing dari setiap
organisasi/perusahaan yang resultantenya bermuara pada kekuatan daya saing
bangsa dan negara dalam lingkungan global Ekonomi Berbasis Pengetahuan.
Jadi, jika berbicara tentang
penerapan KM di dunia pendidikan, yang paling utama adalahtransformasi SDM dan
aktualisasi informasi ABK. Karena pendidikan ingin menjadi media atau tempat
pembelajaran yang memberi makna bagi hidup dan mempersiapkan peserta didiknya
mandiri dan hidup dengan baik di tengah dunia.Sehingga setiap stake holders harus
mampu menjadikan dirinyasebagai seorang consultant, karena pendidik
tidak hanya mengajar,tetapi juga menjadi pendidik dan pelaksana KM bagi yang
lainnya.
Tantangan utama dalam
menerapkan KM dalam dunia pendidikan adalah bagaimana mendorongpendidik,
khususnya pendidik PAK bercerita
mengenai pengetahuan yang dikuasainya. Penerapan KMmembuat hal-hal yang sudah
dilakukan pendidik menjadi lebih terstruktur danberkembang. Knowledge yang ada
bisa dikumpulkan dan di-delivery ke semuapendidik di cabang ilmu apa pun dan
pada karakteristik peserta didik bagaimanapun, termasuk ABK. Satu hal yang
patut dicatat, KMmemungkinkan lahirnya sebuah inovasi dari level mana pun.
Sebuah ide tidakharus selalu dari top management. Ide strategis bisa
saja datang dari level bawahdan menengah. Misalnya, lahirnya ide metodotoli
penanganan ABK, pembelajaran PAK yang menarik bagi ABKatau ide apapun itu. Dalam halini,
pengetahuan yang dibagikan adalah bagimana menangani ABK dalam kelas atau ide
menstimulus pembelajaran PAK bagi ABK. Setelah diadakan sesisharing pengetahuan
dan melalui proses improvement, jadilah sebuah sistem yangbisa
diterapkan oleh sekolah di daerah lain.
Pemimpin puncak di sekolah
seharusnya komit dengan implementasi KM. Mereka semestinya terjunlangsung,
bahkan sampai mau mengubah bentuk dari training centre menjadilearning
centre. Itu salah satu wujud komitmen yang dapat diterapkan. Pada
akhirnya,implementasi KM akan menjadikan dunia pendidikan sebagai organisasi
pembelajar yang mandiri dan berkembang. Selain itu,dengan adanya penerapan KM,
semangat team work dan keinginan untuk majujadi makin tinggi, serta
penjiwaan menjadi seorang guru yang menerima peserta didik dengan kualifikasi
atau kompetensi yang memadai semakin terasah dan berkembang.
Respons positif dari stake holders sangat diperlukan untuk
mencapaikeberhasilan. Bagi mereka, hal ini
merupakan kesempatan memperbaiki danmeningkatkan pengetahuan secara
terus-menerus, sekaligus sebuah tantanganmenarik. Untuk sampai pada tahap itu,
sangat bergantung pada sejauh manamanajemen mendongkrak inovasi. KM
memberipelajaran kepada mereka tentang paradigma baru dalam menyikapi dinamikadunia
pendidikan. Akan tetapi, untuk inovasi,pendidikan harus bisa menyatukan KM di dunia
pendidikan sebagai budaya yang terintegrasidan melekat pada seluruh stake holders. Untuk mencapai itu,
semangat perubahanharus bersifat kolaboratif ketimbang berkompetisi menjaring
peserta didik sebanyak mungkin atau memperoleh nilai tinggi pada ujian Nasional
di kalangan internal.
Transferpengetahuan dan informasi hanya terjadi jika para individu punya pola
pikirterbuka dan lebih mengedepankan kerja tim. Semangat berbagi pengetahuan
danpengalaman harus dilandaskan pada rasa senang melihat rekan kerja bisa maju
danberkembang, bukan untuk menjatuhkan.
Sekolah yang baik tidak
selalu hanya memperhatikan kualitas yang baik,tetapi apa yang dihasilkan
tentunya dapat mempengaruhi keadaan di sekitar, mulaidari orang-orang yang menikmatinya,
reaksi sosial, kesehatan dan lingkunganhidup. Membuat kita jadi lebih dapat
berpikir dan lebih cerdas dalam memilih hal-halyang akan digunakan. KM tidak
hanya dimiliki oleh satu grup dalamorganisasi, tidak juga oleh sebuah industri
tetapi juga pendidikan, khususnya bagi ABK. KM membutuhkan sebuahpendekatan
multidisiplin yang holistik ke proses manajemen dan sebuahpengertian dari
dimensi kerja. KM juga seharusnya merupakan evolusi daripenerapan manajemen
yang baik dan diaplikasikan dengan tujuan yang jelas dalam pendidikan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Hal yang penting dari pembahasan di atas adalah harus membuat
suatu wadah untuk menampung berbagai KM sehingga dunia pendidikan
menjadi mandiri, berkembang dan menjadi lebih solid. Sehingga,
dunia pendidikan tidak kehilangan KM, dan guru baru bisa cepat menyesuaikan
diri. Penerapan KM pada pendidikan, khususnya dalam pembelajaran PAK bagi ABK
sangat baik, hal ini dilihat dari dukungan infrastruktur
teknologi informasi yang ada, yang menjadi salah satu alternatif stimulus bagi
ABK. Selain itu juga sekolah harus memperhatikan
indikator-indikator keberhasilan KM sehingga diidentifikasi parameter-parameter
yang menjadi prasyarat yang harus dipenuhi untuk mencapai keberhasilan
implementasi KM. Penerapan KM membuat hal-hal yang sudah dilakukan
stake holders atau pendidik menjadi lebih terstruktur dan berkembang,
serta meningkatkan semangat team work dan keinginan untuk maju
jadi makin tinggi.
KM memberi pelajaran kepada stake holders penddikan tentang
paradigma baru dalam
menyikapi dinamika dunia pendidikan. Bagi pendidik atau guru, ini
merupakan kesempatan
memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan secara terus-menerus,
sekaligus sebuah tantangan menarik.
4.2. Saran
Budaya sharing knowledge perlu ditingkatkan untuk lebih
mensukseskan jalannya sistem KM pada dunia pendidikan. Pihak manajemen sekolah seharusnya
dapat ikut serta membantuk
khususnya dalam pemberian solusi terhadap
masalah-masalah atau kesulitan pendidik dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga sekolah akan lebih mudah mengembangkan
budaya berbagi pengetahuan (sharing knowledge). Bahkan akan, jauh lebih
baik, jika budaya ini, menjadi kebijakan dari manajemen sekolah, untuk tidak
sekedar didukung tetapi bersama-sama dilaksanakan.
Ackoff, R.L. 1989. From Data to Wisdom. Journal of Applied Systems
Analysis:16, 3-9.
Al-Hawamdeh, S. 2003. Knowledge Management, Cultivating
KnowledgeProfessionals. Oxford: Chandos Publishing (Oxford) Limited.
Befring dan Tangen dikutip Diva dalamhttp://deevashare.blogspot.com/2012/05/prinsip-layanan-pendidikan-bagi-anak.html
BeritH.JohnsendanSkjortenD.Miriam .
(2004),Education-Special Need Education An Introduction “
PendidikanKebutuhanKhusus” SebuahPengantar,ProgramPascasarjanaUniversitasPandidikanIndonesia,UnipubforlagDevisiInternasionalJurusanPendidikanKebutuhanKhususFakultasPendidikanUniversitas
Oslo Norwegya
Bock, W. 2002. Knowledge Management 101. Intranet Corner.
Boehlke, Robert R., (1996), Sejarah perkembangan pikiran dan
praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Yohanes Amos Commenius sampai
perkembangan PAK di Indonesia, Jakarta: BPK Gunung Mulia (2010), cet. ke-5
Danang Hardiana dalam : http://ensikopedi.blogspot.com/2013/03/knowlegde-management-dalam-perspektif.html
Davenport, T. dan Prusak. L. 1998. Working Knowledge: How
OrganizationsManage What They Know. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Elgar, E. 2008. Knowledge Management in Developing
Economies.Chelthenham: Edward Elgar Publishing Limited.
Mc Inenery, Claire. 2002. Knowledge Management and The Dynamic
Nature ofKnowledge. Journal of American Society for Information and
Technology.Vol.53. Issue 12 (Oktober 2002). Hal: 1009-1018.
Nonaka, I dan H. Takeuchi. 1995. The Knowledge-Creating Company:
HowJapanese Companies Creating the Dynamics of Innovation. New York:Oxford
University Press.
PERMENDIKNAS, Nomor 32 Tahun 2008, Tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru Pendidik Khusus.
Roi Manson Panjaitan dalam http://roimansonpanjaitan.blogspot.com/2011/08/sejarah-pendidikan-agama-kristen.html
Robbins, S. P. dan M. Coulter. 2003. Management. New Jersey:
Prentice-Hall.
Suparno( 2007 ), PendidikanAnakBerkebutuhanKhusus,
Bahan Ajar Cetak, DirektoratJenderalPendidikanTinggiDepartemenPendidikanNasional,
Jakarta
KORAN TEMPO, Senin 31 Januari 2011, hal. A17dalamhttp://fkip.uki.ac.id/index.php/en/pendidikan-bimbingan-dan-konseling/88-mereka-juga-punya-kemampuan
http://desyani.blog.binusian.org/2009/07/12/knowledge-management-pada-ptunited-
tractorstbk/ [diakses
pada 1 Oktober 2011, 13:15]
http://wishbeukhti.wordpress.com/2011/01/17/knowledge-management/ [diakses
pada 1 Oktober 2011, 14:05]
http://www.unitedtractors.com/index.php/corporate_overview/company_profile
[diakses pada 2 Oktober
2011, 21:25]
HASANATUL AINI dalam http://nanaplb11.blogspot.com/2013/01/strategi-pembelajaran-anak-berkebutuhan.html
Zulaikhah Sri W. , M. Miftahudin, dkk dalam “ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS”
Presentasi yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan Diampu oleh: WAHIDIN, S.PD.I, M.PD, Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
Tahun 2012.
Presentasi yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan Diampu oleh: WAHIDIN, S.PD.I, M.PD, Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
Tahun 2012.
Zulkarnaen : “Pengamat dan Konsultan Implementasi KM” dalam : http://plnhelpdesk.com/artikel/knowledge-management-membangun-masyarakat-berbasis-pengetahuan-knowledge-based-society
[1]Ackoff, R.L. 1989. From Data to Wisdom. Journal of Applied Systems
Analysis: 16, 3-9.
[2]Elgar, E. 2008. Knowledge Management in Developing Economies.
Chelthenham: Edward Elgar Publishing Limited.
[3]Robbins, S. P. dan M. Coulter. 2003. Management. New Jersey:
Prentice-Hall.
[4]Bock, W. 2002. Knowledge Management 101. Intranet Corner.
[5]Mc Inenery, Claire. 2002. Knowledge Management and The Dynamic Nature
of Knowledge. Journal of American Society for Information and Technology.
Vol.53. Issue 12 (Oktober 2002). Hal: 1009-1018.
[6]Nonaka, I dan H. Takeuchi. 1995. The Knowledge-Creating Company: How
Japanese Companies Creating the Dynamics of Innovation. New York: Oxford
University Press.
[8]Zulaikhah Sri W. , M. Miftahudin, dkk dalam “ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS”
Presentasi yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan Diampu oleh: WAHIDIN, S.PD.I, M.PD, Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
Tahun 2012
Presentasi yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan Diampu oleh: WAHIDIN, S.PD.I, M.PD, Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
Tahun 2012
[9]BeritH.JohnsendanSkjortenD.Miriam .
(2004),Education-Special Need Education An Introduction “
PendidikanKebutuhanKhusus” SebuahPengantar,ProgramPascasarjanaUniversitasPandidikanIndonesia,UnipubforlagDevisiInternasionalJurusanPendidikanKebutuhanKhususFakultasPendidikanUniversitas
Oslo Norwegya
[10]Suparno ( 2007 ), PendidikanAnakBerkebutuhanKhusus,
Bahan Ajar Cetak, DirektoratJenderalPendidikanTinggiDepartemenPendidikanNasional,
Jakarta
[12]Roi Manson Panjaitan dalam http://roimansonpanjaitan.blogspot.com/2011/08/sejarah-pendidikan-agama-kristen.html
[13]KORAN TEMPO, Senin 31 Januari 2011,
hal. A17dalamhttp://fkip.uki.ac.id/index.php/en/pendidikan-bimbingan-dan-konseling/88-mereka-juga-punya-kemampuan
[14]Befring dan Tangen dikutip Diva
dalamhttp://deevashare.blogspot.com/2012/05/prinsip-layanan-pendidikan-bagi-anak.html
[15]Danang Hardiana dalam : http://ensikopedi.blogspot.com/2013/03/knowlegde-management-dalam-perspektif.html
[16]Zulkarnaen : Pengamat dan Konsultan Implementasi KM dalam : http://plnhelpdesk.com/artikel/knowledge-management-membangun-masyarakat-berbasis-pengetahuan-knowledge-based-society
Langganan:
Postingan (Atom)